Bekal Mendidik Keluarga

Nilai Silaturrahmi

 " BEKAL MENDIDIK KELUARGA - BAG. 1"

Keluarga adalah struktur organisasi terkecil dalam masyarakat, *maka mendidik masyarakat hendaknya dimulai dari mendidik keluarga.* Namun, dalam mendidik kita tidak hanya membekali diri dengan ilmu pengetahuan saja, ada hal-hal mendasar yang juga harusnya menjadi bekal seorang pendidik yang terus ia pegang, antara lain:

`Ikhlas`

*Pendidikan adalah ibadah yang mendatangkan pahala, kebaikan dalam mendidik akan diberi balasan baik oleh Allah. Oleh karena itu, niat dalam mendidik harusnya disertai keikhlasan kepada Allah Ta’ala.* Tidak sepatutnya seseorang berlelah-lelah dalam mendidik untuk dikatakan bahwa ia telah mendidik dengan baik, disanjung karena telah mengerahkan segala daya dan upaya dalam rangka membimbing keluarganya atau agar dikatakan dia adalah pendidik yang ahli dan pengajar yang mahir.

Allah Ta’ala berfirman: _“Mereka tidak diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama (ketaatan) kepadaNya.”_ [QS. Al-Bayyinah: 5]

` Berharap Pahala`

*Berharaplah pahala dari Allah Ta’ala dalam melaksanakan proses pendidikan keluarga.* Pendidikan itu berat dan tidak mengenal istirahat, panjang dan tidak berkesudahan, serta tanggung jawab yang tidak bisa ditawar. Maka, *dengan proses mendidik yang mengambil banyak waktu, tenaga, pikiran maupun harta hendaknya disertai pengharapan yang besar kepada Allah (setelah mengikhlaskan niat hanya kepadaNya) agar usaha kita tidak hanya berbuah hasil, namun juga berbuah pahala.*

*Pikiran paling baik adalah pikiran yang tertuju untuk keluarga, nafkah yang paling utama adalah nafkah yang diberikan kepada kerabat dan usaha paling baik adalah yang dikerahkan untuk buah hati. Bahkan, berinfaq untuk keluarga dan kerabat memiliki keutamaan dan balasan yang lebih besar dari selainnya.*

Dari Tsauban radhiallahu ’anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: *“Satu dinar terbaik adalah satu dinar yang seseorang infaqkan untuk keluarganya.”* [Shahih Muslim, 2/574, no. 994]

`Hidayah di tangan Allah'

Hidayah dalam arti iman, taufiq kepadanya dan keteguhan di atasnya bukan di tangan kita, akan tetapi di tangan Allah. *Dialah yang memberikan kepada siapa yang ia kehendaki dengan karunia dan rahmatNya dan menghalanginya dari siapa yang Dia kehendaki dengan keadilan dan hikmahNya. Yang wajib atas kita kepada keluarga hanya hidayah dalam bentuk menunjukkan, mengarahkan, menasihati dan membimbing, karena itu jangan melalaikan dan meremehkannya.*

Allah berfirman: _“Sesungguhnya engkau (wahai Rasul) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai, tapi Allahlah yang memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki.”_ [QS. Al-Qashash: 56]

` Bersandarlah kepada Allah`

Kita adalah hamba yang fakir dan miskin. Kita tidak memiliki daya upaya untuk diri sendiri, apalagi untuk orang lain. Karena itu, *janganlah bersandar kepada diri sendiri, jangan mengandalkan kemampuan kita, jangan yakin kepada selain Allah. Sebaliknya, serahkkan urusan kita kepadaNya, bertawakallah kepadaNya dan mohonlah pertolongan kepadaNya.* Allah Ta’ala berfirman: _“Dan hanya kepada Allahlah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian adalah orang yang beriman.”_ [QS. Al-Maidah: 23]

Allah Ta’ala juga berfirman: _“Dan tidak ada taufiq bagiku melainkan dengan (pertolongan Allah). Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepadaNya lah aku kembali.”_ [QS. Hud: 88]

*Banyak-banyaklah berdoa kepada Allah, berharap kepadaNya, bernaung di bawah naunganNya dan merendahkan diri di hadapanNya.* Jangan berkata: “Aku cerdik, aku berpengalaman, aku berusaha keras dan aku pandai.” Walaupun kita telah melakukan banyak sebab dan membekali diri dengan berbagai ilmu. *Apa yang kita usahakan adalah bentuk ikhtiar kita, adapun hasilnya, bertawakallah kepada Allah.*

` Jadilah Teladan`

Orang berakal sepakat pentingnya teladan yang baik di segala bidang kehidupan karena medan hidup pertama adalah diri kita, karena itu, *perbaiki diri kita dahulu, semoga dengan itu Allah memperbaiki orang-orang yang berada dalam tanggung jawab kita.* Sebab, bila mereka sampai mendengar sesuatu yang berlawanan dengan apa yang kita lakukan maka akan terjadi ketimpangan, kesalahanpun menjadi besar. Bagi mereka agama hanya sekedar slogan di bibir saja, kalimat-kalimat hampa yang tidak berdampak apapun dalam hidup, tidak berefek apapun dalam kenyataan. *Maka mendidik keluarga menjadi baik bukan hanya teori, bahkan mendidik mereka melalui teladan langsung tanpa banyak retorika dan perintah akan lebih berbekas di hati. Mendidik melalui teladan langsung seperti nasihat tanpa suara, mereka menerima dengan melihat langsung contohnya dan kebaikan yang dihasilkan dari teladan yang baik itu.*

`Hiasi diri dengan kelembutan`

Kelembutan itu seperti pisau, namun memotong tanpa sakit. *Kelembutan adalah nikmat besar yang berdampak terhadap jiwa-jiwa mulia yang tidak dapat dilakukan oleh kekerasan dan kekasaran.*

Allah Ta’ala berfIrman: _“Maka berkat rahmat Allah engkau (wahai Nabi) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.”_ [QS. Ali-Imran: 159]

Dari Aisyah radhiallahu ’anha, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: *“Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu melainkan ia menghiasinya dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu melainkan akan memperkeruhnya.”* [Shahih Muslim, 4/1590, no. 2593]

Bersambung insyaallaah..

Redaksi:islamictechnotv.com

Posting Komentar untuk "Bekal Mendidik Keluarga"