JUDUL:
Tata Cara Bertaubat dari Dosa terhadap Sesama Manusia secara Zahir dan Batin: Kajian Dalil, Pendapat Ulama, dan Literatur Klasik
Dirangkum Oleh: ust. Bustami,S.Ag.,M.Pd
Taubat adalah pintu kasih sayang Allah SWT bagi hamba-Nya yang berbuat dosa. Namun, ketika dosa itu berkaitan dengan hak sesama manusia, taubat tidak cukup hanya dengan menyesal dan beristighfar, tetapi harus disertai pengembalian hak atau permintaan maaf kepada yang dizalimi. Artikel ini mengkaji tata cara taubat dari dosa terhadap sesama manusia baik secara lahir maupun batin, berdasarkan dalil-dalil syar'i, pendapat para ulama, dan literatur klasik Islam. Metode penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research) dengan pendekatan deskriptif-analitis terhadap ayat, hadis, dan kitab para ulama.
Pendahuluan
Allah SWT membuka pintu taubat seluas-luasnya bagi siapa saja yang menyesali dosa dan kembali kepada-Nya. Namun, ketika dosa berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ada syarat tambahan yang tidak bisa diabaikan. Taubat dari dosa semacam ini tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga sosial, menyangkut hak dan kerelaan orang lain.
1. Pengertian Taubat dan Pembagian Dosa
Secara bahasa, taubat berasal dari kata tāba - yatūbu, yang berarti kembali. Secara istilah, taubat adalah:
النَّدَمُ عَلَى مَا سَلَفَ، وَالْإِقْلاَعُ فِي الْحَالِ، وَالْعَزْمُ عَلَى أَنْ لَا يَعُودَ أَبَدًا
"Menyesali atas dosa yang telah lalu, berhenti saat ini juga, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi selamanya."
(Lihat: Al-Ghazali, Ihya' 'Ulum al-Din, Juz 4, hal. 3)
Dosa terbagi dua:
Ḥuqūq Allāh (hak Allah): seperti meninggalkan shalat, puasa.
Ḥuqūq al-‘Ibād (hak manusia): seperti mencuri, menipu, menggunjing, dll.
2. Dalil-dalil Tentang Taubat
a. Dalil Al-Qur'an
قُلْ يَا عِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
(QS. Az-Zumar: 53)
"Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Namun, dalam ayat lain, Allah menekankan kewajiban mengembalikan hak orang lain:
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَـٰنَـٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا
(QS. An-Nisa: 58)
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya."
b. Dalil Hadis
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ، أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ، وَلَا دِرْهَمٌ..."
(HR. Bukhari, no. 2449)
"Barangsiapa memiliki kezaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatan atau sesuatu lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalan darinya hari ini sebelum datang hari kiamat, ketika tidak ada lagi dinar dan dirham..."
3. Tata Cara Bertaubat dari Dosa terhadap Sesama Manusia
Menurut ulama, taubat dari dosa kepada sesama manusia (baik lahir maupun batin) harus memenuhi empat syarat, bukan hanya tiga:
1. An-Nadam (الندم): Penyesalan mendalam atas perbuatan tersebut.
2. Al-Iqla' (الإقلاع): Berhenti total dari dosa tersebut.
3. Al-'Azm (العزم): Bertekad kuat untuk tidak mengulangi.
4. Radd al-Haqq (ردّ الحق): Mengembalikan hak atau minta maaf kepada yang dizalimi.
Contoh dosa lahir: mencuri, menipu, memfitnah.
Contoh dosa batin: iri hati, su'uzh-zhan, menghasut dalam hati, dendam.
Untuk dosa batin yang tidak diketahui oleh korban (seperti dengki, dendam), maka caranya adalah:
Taubat kepada Allah
Berdoa untuk kebaikan orang tersebut
Menyucikan hati dari kebencian
Minta maaf jika memungkinkan secara tidak menyakitkan
4. Pendapat Ulama
Imam Nawawi rahimahullah berkata:
"وَأَمَّا مَعْصِيَةُ الْآدَمِيِّ، فَشَرْطُهَا أَنْ يُبْرِئَهُ صَاحِبُهَا، أَوْ يُؤَدِّيَ إِلَيْهِ حَقَّهُ."
(Riyāḍuṣ-Ṣāliḥīn, Bab at-Taubah)
"Adapun maksiat yang berkaitan dengan manusia, maka syarat taubatnya adalah korban memaafkan atau pelaku mengembalikan haknya."
Ibnu Qudamah dalam al-Mughni menegaskan:
وَإِنْ كَانَتْ الْمَعْصِيَةُ إِلَى آدَمِيٍّ، لَمْ تَصِحَّ التَّوْبَةُ مِنْهَا حَتَّى يُؤَدِّيَ إِلَيْهِ حَقَّهُ أَوْ يَسْتَحِلَّهُ
(al-Mughni, Juz 11)
"Jika maksiat itu berkaitan dengan manusia, maka taubat tidak sah kecuali ia mengembalikan hak tersebut atau minta halal darinya."
5. Literatur dan Kitab Rujukan
Berikut kitab-kitab utama yang menjadi rujukan:
Al-Ghazali, Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn
Ibnu Qudamah, al-Mughnī
Imam Nawawi, Riyāḍ aṣ-Ṣāliḥīn
Imam Qurtubi, Tafsīr al-Qurṭubī
Imam Suyuthi, Ad-Durr al-Mantsūr
Ibn Rajab al-Hanbali, Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam
Penutup
Taubat dari dosa terhadap sesama manusia menuntut tindakan nyata, tidak cukup hanya istighfar atau menyesal dalam hati. Harus disertai upaya rekonsiliasi, pengembalian hak, atau permohonan maaf yang tulus. Hal ini merupakan bentuk kesempurnaan taubat yang diajarkan Rasulullah SAW dan para ulama.
Redaksi: Islamic tekhno tv.com
Posting Komentar untuk "Tata Cara Taubat Dari Dosa Sesama"