Dasar Hukum Metode Arah Menentukan Kiblat

Dasar Hukum Metode Arah Kiblat , by. Tgk. Isafuddin, M.Ag

Dasar Hukum dan Dalil Ketentuan Arah Kiblat serta Metode Pelaksanaannya dan Pandangan Ulama 

Oleh: Tgk. Isafuddin, M.Ag

Dirangkumkan: ust.Bustami Ahmad, S.Ag.,M.Pd

Awal kata

Arah kiblat merupakan salah satu syarat sah dalam pelaksanaan ibadah salat. Seluruh umat Islam di dunia diperintahkan untuk menghadap ke arah Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, sebagai bentuk kesatuan arah dalam ibadah kepada Allah ﷻ. Penentuan arah kiblat memiliki dasar hukum yang kuat dalam syariat Islam, baik dalam Al-Qur’an, Hadis, maupun ijma’ ulama, serta telah dibahas dalam berbagai kitab fiqih klasik hingga kontemporer. Dalam perkembangan ilmu, arah kiblat juga ditentukan melalui metode ilmiah seperti astronomi (ilmu falak) dan geodesi.

1. Dasar Hukum Arah Kiblat dalam Al-Qur'an dan Hadis

a. Dalil dari Al-Qur’an

1. Surat Al-Baqarah ayat 144:

 قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَآءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَىٰهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ ۗ

"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah wajahmu ke arahnya." (QS. Al-Baqarah: 144)

2. Surat Al-Baqarah ayat 150:

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۖ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ

"Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya."

Ayat ini menjadi dasar yang kuat tentang kewajiban menghadap kiblat dalam shalat.

b. Dalil dari Hadis

1. Hadis dari Al-Bara' bin 'Azib رضي الله عنه:

عَنْ ٱلْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ قَدْ صَلَّى إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ أَوْ سَبْعَةَ أَشْهُرٍ، ثُمَّ تَحَوَّلَ إِلَى الْكَعْبَةِ

"Rasulullah ﷺ dahulu salat menghadap Baitul Maqdis selama enam atau tujuh bulan, kemudian beliau berpaling (menghadap) ke Ka'bah."

(HR. al-Bukhari no. 41, Muslim no. 525)

2. Hadis tentang pentingnya niat dan arah kiblat:

إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوءَ، ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ، فَكَبِّرْ

"Jika kamu berdiri untuk shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah."

(HR. al-Bukhari dan Muslim)

2. Hukum Menghadap Kiblat dan Pengecualiannya

a. Kewajiban Menghadap Kiblat

Mayoritas ulama dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali menyepakati bahwa menghadap kiblat adalah syarat sah salat bagi yang mampu dan mengetahui arahnya.

b. Pengecualian

1. Orang yang tidak mengetahui arah kiblat dan telah berijtihad.

2. Orang dalam keadaan darurat (seperti dalam kendaraan atau sakit).

3. Salat sunnah di perjalanan boleh menghadap ke arah manapun sesuai arah kendaraan.

3. Metode Penentuan Arah Kiblat

a. Metode Tradisional

1. Melihat posisi matahari

Pada saat matahari tepat di atas Ka’bah (istiwā' a‘zham), bayangan benda menunjukkan arah sebaliknya dari Ka'bah.

Tanggalnya: sekitar 28 Mei dan 16 Juli pukul 12.27 waktu Makkah (± pukul 16.18 WIB).

2. Menggunakan bintang tertentu (seperti Bintang Qutb untuk utara) yang digunakan oleh ulama falak klasik.

3. Kompas magnetik

Digunakan dengan koreksi deviasi lokal.

b. Metode Ilmiah Modern

1. Teodolit dan GPS Geodesi

Penentuan arah kiblat dengan pengukuran akurat koordinat lintang dan bujur tempat.

2. Aplikasi dan situs web arah kiblat

Misalnya: Qibla Finder (Google), Muslim Pro, dan aplikasi Falakiyah Kemenag.

3. Matahari di atas Ka'bah (Rashdul Qiblah)

Metode paling mudah dan akurat yang disarankan oleh Kementerian Agama RI.

4. Pandangan Ulama tentang Metode Penentuan Kiblat

a. Ulama Klasik

1. Imam an-Nawawi dalam al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab:

"Wajib bagi seseorang untuk menghadap kiblat dengan keyakinan dan usaha yang sungguh-sungguh. Jika dia ragu, maka berijtihad dengan dalil yang ada."

2. Imam asy-Syaukani dalam Nailul Authar menyatakan:

"Barang siapa yang tidak tahu arah kiblat, maka dia harus berijtihad, dan shalatnya tetap sah walaupun ternyata salah."

b. Ulama Kontemporer

1. Syaikh Ibn Baz رحمه الله:

“Jika seseorang berada di tempat yang tidak diketahui arah kiblat, maka hendaknya ia berusaha menanyakannya atau menggunakan kompas atau tanda alam untuk menetapkan kiblat.”

2. Fatwa MUI dan Kemenag RI:

Menyatakan bahwa penentuan arah kiblat sebaiknya menggunakan metode ilmiah falak modern untuk menjamin akurasi dan keseragaman.

5. Kitab dan Buku Rujukan

Beberapa kitab dan buku rujukan yang membahas arah kiblat:

1. الفقه الإسلامي وأدلته – Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

2. الشرح الكبير على مختصر خليل – Imam ad-Dardir

3. المجموع شرح المهذب – Imam an-Nawawi

4. نيل الأوطار – Imam asy-Syaukani

5. Kitab Falak – KH Siradjuddin Abbas

6. Hisab Rukyat dan Arah Kiblat – Puslitbang Kemenag RI

7. Pedoman Penentuan Arah Kiblat – Badan Hisab Rukyat Kemenag RI

8. Ilmu Falak Praktis – Drs. H. Husein Ahmad

9. Ilmu Ukur Arah Kiblat – Prof. Dr. Thomas Djamaluddin (LAPAN)

6. Solusi Penyamaan Perbedaan dalam Arah Kiblat

1. Kalibrasi ulang arah kiblat masjid dengan teknologi GPS atau Rashdul Qiblah.

2. Konsolidasi antara ormas Islam (NU, Muhammadiyah, dll) dan pemerintah.

3. Pendidikan masyarakat tentang pentingnya ketepatan kiblat melalui pengajian dan pelatihan falakiyah.

Kesimpulan

Arah kiblat merupakan syarat sah dalam ibadah salat yang memiliki dasar hukum dari Al-Qur'an, Hadis, dan ijma’ ulama. Metode penentuannya mengalami perkembangan dari cara tradisional hingga modern. Ulama Islam mendukung penggunaan ilmu dan teknologi dalam penentuan kiblat selama tidak menyimpang dari prinsip syar’i. Pemerintah dan ulama harus terus mengedukasi masyarakat agar arah kiblat di masjid, rumah, dan musala tetap terjaga akurasinya sebagai bentuk ketaatan terhadap syariat.

Redaksi : Islamic tekhno tv.com

Posting Komentar untuk "Dasar Hukum Metode Arah Menentukan Kiblat"