Kelebihan 9 Dzulhijjah dan Berqurban

Safari Subuh bersama by. Dr.Tgk.H.Amri Fatmi, LC., MA

KELEBIHAN PUASA 9 DZULHIJJAH DAN SEJARAH PENYEMBELIHAN QURBAN NABI IBRAHIM AS DENGAN NABI ISMAIL AS: DALIL-DALIL, PENJELASAN ULAMA, DAN KITAB RUJUKAN

Di Deskriptif kan oleh: Bustami, S.Ag.,M.Pd

Tulisan ini mengulas dua tema utama dalam ibadah pada bulan Dzulhijjah: (1) keutamaan puasa tanggal 9 Dzulhijjah (Arafah), dan (2) sejarah penyembelihan Nabi Ismail AS sebagai bentuk ujian ketaatan Nabi Ibrahim AS, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an dan didukung hadits serta tafsir para ulama. Dengan pendekatan kualitatif-deskriptif, artikel ini menampilkan dalil naqli (nash), kandungan makna, serta penjelasan dari kitab-kitab rujukan klasik dan kontemporer.

I. KEUTAMAAN PUASA 9 DZULHIJJAH

1. Hadis tentang keutamaan puasa 9 Dzulhijjah

Dalam Shahih Muslim disebutkan:

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

(HR. Muslim no. 1162)

Artinya:

Dari Abu Qatadah RA, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”

2. Waktu yang sangat dimuliakan oleh Allah

Dalam Al-Qur’an, Allah bersumpah dengan malam-malam sepuluh, yaitu awal Dzulhijjah:

 وَٱلْفَجْرِ ۝ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

(QS. Al-Fajr: 1-2)

Artinya:

Demi fajar, dan malam yang sepuluh.

Kandungan ayat:

Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menjelaskan bahwa yang dimaksud "malam yang sepuluh" adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Ini adalah waktu yang paling dicintai Allah untuk beramal saleh.

3. Pandangan Ulama

Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ mengatakan:

"Disunnahkan berpuasa pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah, dan yang paling utama adalah puasa pada hari ke-9, yaitu Arafah, bagi yang tidak sedang berhaji."

II. SEJARAH PENYEMBELIHAN NABI IBRAHIM AS DAN NABI ISMAIL AS

1. Kisah dalam Al-Qur’an

 فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ ۝

(QS. Ash-Shaffat: 102)

Artinya:

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu.” Ia menjawab: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

2. Perintah Ilahi dan pengganti penyembelihan

 فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلْجَبِينِ ۝ وَنَـٰدَيْنَـٰهُ أَن يَـٰٓإِبْرَٰهِـۧمُ ۝ قَدْ صَدَّقْتَ ٱلرُّءْيَآ ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ ۝ إِنَّ هَـٰذَا لَهُوَ ٱلْبَلَـٰٓؤُا۟ ٱلْمُبِينُ ۝ وَفَدَيْنَـٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ ۝

(QS. Ash-Shaffat: 103–107)

Artinya:

Maka ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya (untuk menyembelih), Kami panggil dia: “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

Kandungan ayat:

Ketaatan mutlak Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kepada perintah Allah.

Ujian keimanan yang sangat berat namun dilalui dengan sabar dan ikhlas.

Penghargaan Allah terhadap ketaatan tersebut dengan menggantinya dengan sembelihan agung (disebut oleh ulama sebagai kambing dari surga).

III. PENJELASAN DAN PENDAPAT ULAMA

1. Tafsir Al-Qurthubi

Dalam Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Imam Al-Qurthubi menjelaskan:

 "Dalam ayat ini terdapat pelajaran agung mengenai ketaatan kepada Allah dan penegasan bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Nabi Ismail adalah contoh ketundukan sempurna seorang anak kepada ayahnya dalam perintah Ilahi."

2. Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menyebut dalam tafsirnya bahwa hewan yang menggantikan penyembelihan Ismail AS adalah kambing besar dari surga yang dikirim oleh Allah sebagai bentuk rahmat dan hadiah atas kesabaran.

IV. KITAB-KITAB RUJUKAN

1. Tafsir Ibnu Katsir – Ismail bin Umar Ad-Dimasyqi

2. Tafsir Al-Qurthubi – Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi

3. Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab – Imam Nawawi

4. Fathul Bari – Ibnu Hajar Al-Asqalani

5. Sunan al-Kubra – Imam Al-Baihaqi

6. Sahih Muslim – Imam Muslim bin Al-Hajjaj

7. Al-Adzkar – Imam Nawawi

V. KESIMPULAN

1. Puasa 9 Dzulhijjah (Arafah) memiliki keutamaan luar biasa sebagai sarana penghapus dosa dua tahun. Diperkuat dengan hadits sahih dan disepakati ulama sebagai amal utama bagi non-jamaah haji.

2. Peristiwa qurban Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS adalah tonggak ketaatan agung yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah qurban. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an dan memiliki makna spiritual, sosial, dan historis yang dalam.

3. Dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits menjelaskan dengan rinci nilai-nilai yang terkandung, dan ulama telah menguraikan hikmah serta pelajaran dari peristiwa tersebut.

4. Qurban bukan sekadar ritual, tapi manifestasi keikhlasan, pengorbanan, dan kepasrahan total kepada Allah SWT.

Redaksi: Islamic tekhno tv.com


Posting Komentar untuk "Kelebihan 9 Dzulhijjah dan Berqurban "