Cara Kita Implementasi Nikmat dan Syukur Kepada Allah

Cara Implementasi Nikmat dan Syukur Kepada Allah SWT, 

Artikel ilmiah tentang Isi Khutbah Hari Raya Idul Adha dengan tema:

 “Cara Implementasi Nikmat dan Syukur kepada Allah melalui Shalat dan Berqurban”

by.ust.Bustami Ahmad,S.Ag.,M.Pd

Intisari Khutbah idul Adha

Hari Raya Idul Adha adalah momentum penting dalam Islam yang tidak hanya memperingati kisah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalām dan putranya Ismail, namun juga menjadi ajang aktualisasi rasa syukur umat Islam kepada Allah atas nikmat kehidupan, iman, dan rezeki. Implementasi syukur ini dapat dilakukan melalui ibadah shalat yang konsisten dan pelaksanaan ibadah qurban sebagai bentuk hibah harta demi mendekatkan diri kepada Allah dan membantu sesama.

Makna Syukur Menurut Al-Qur’an dan Hadis

Syukur adalah bentuk pengakuan atas nikmat Allah disertai dengan amal nyata. Allah berfirman:

 وَٱشْكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya kepada-Nya menyembah.”

(QS. Al-Baqarah: 172)

Menurut Imam Al-Ghazali dalam Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, syukur terdiri dari tiga aspek:

1. Syukur dengan hati: mengakui nikmat berasal dari Allah.

2. Syukur dengan lisan: memuji dan menyebut nama Allah.

3. Syukur dengan anggota badan: menggunakan nikmat dalam ketaatan.

Implementasi Syukur dengan Shalat

Shalat adalah bentuk puncak ibadah yang menunjukkan ketundukan dan syukur kepada Allah. Rasulullah bersabda:

 أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

“Keadaan paling dekat seorang hamba dengan Rabb-nya adalah saat sujud, maka perbanyaklah doa.”

(HR. Muslim)

Shalat Dhuha adalah salah satu bentuk syukur yang sangat dianjurkan:

 يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ... وَيُجْزِئُ مِنْ ذَٰلِكَ رَكْعَتَانِ يُرْكِعُهُمَا مِنَ الضُّحَى

“Setiap persendian dari kalian wajib dikeluarkan sedekahnya... dan dua rakaat shalat Dhuha mencukupinya.”

(HR. Muslim)

Implementasi Syukur dengan Qurban

Qurban bukan hanya ritual penyembelihan hewan, melainkan investasi sosial dan wujud ketaatan. Allah berfirman:

 لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya.”

(QS. Al-Hajj: 37)

Menurut Imam Ibn Qudamah dalam Al-Mughni, qurban adalah sunnah muakkadah bagi yang mampu, bahkan sebagian ulama mewajibkannya. Ini adalah bentuk infak yang menyucikan harta, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

 مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Sedekah tidak mengurangi harta.”

(HR. Muslim)

Syukur dan Larangan Kesombongan

Syukur harus dijauhkan dari kesombongan yang menafikan peran Allah dalam kehidupan. Firman Allah:

 إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

(QS. Luqman: 18)

Ulama seperti Imam Ibn al-Qayyim dalam Madarij al-Salikin menjelaskan bahwa kesombongan adalah hijab antara hamba dan Tuhan. Maka, orang yang bersyukur harus senantiasa merendahkan diri dan menjaga shalat sebagai ikrar penghambaan.

Investasi Sosial: Hibah Harta Melalui Qurban

Qurban juga memiliki nilai sosial tinggi. Menurut Dr. Yusuf al-Qaradawi dalam Fiqh al-Zakah, qurban adalah bentuk redistribusi kekayaan yang mendidik umat Islam agar dermawan dan peduli sesama.

Dalam konteks kekinian, qurban bisa dimaknai sebagai bentuk hibah sosial atau social capital  menyambung ukhuwah, mengurangi kesenjangan, dan memperkuat solidaritas.

Pandangan Ulama dan Rujukan Kitab

1. Imam Al-Ghazali (Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn): Syukur terdiri dari tiga aspek (hati, lisan, amal).

2. Ibn Qudamah (Al-Mughni): Qurban adalah sunnah muakkadah.

3. Imam Al-Nawawi (Sharh Sahih Muslim): Shalat Dhuha adalah bentuk syukur fisik harian.

4. Yusuf al-Qaradawi (Fiqh al-Zakah): Qurban termasuk investasi sosial.

Ajakan dalam Khutbah

 يَا أَيُّهَا ٱلنَّاسُ، شَكُورُوا نِعَمَ ٱللَّهِ، فَإِنَّهَا كَثِيرَةٌ، وَأَدُّوا شُكْرَهَا بِٱلصَّلَاةِ، وَٱلصَّدَقَةِ، وَٱلْقُرْبَانِ، وَٱجْتَنِبُوا ٱلْكِبْرَ، فَإِنَّهُ ٱلْهَاوِيَةُ

“Wahai manusia, bersyukurlah atas nikmat Allah, karena nikmat-Nya sangat banyak. Tunaikanlah syukurnya dengan shalat, sedekah, dan berqurban. Jauhilah kesombongan, karena ia membawa ke jurang kehancuran.”

Penutup

Momentum Idul Adha adalah panggilan ruhani untuk meneguhkan syukur kepada Allah, bukan hanya dengan ucapan, tetapi dengan shalat yang terjaga, qurban sebagai infak sosial, serta menjauhi sifat sombong. Inilah jalan menuju kehidupan yang diridhai Allah ﷻ, sebagaimana firman-Nya:

 لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian.”

(QS. Ibrahim: 7)

Daftar Pustaka:

1. Al-Qur’an al-Karim

2. Al-Ghazali, Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn

3. Ibn Qudamah, Al-Mughni

4. Ibn Al-Qayyim, Madarij al-Salikin

5. Imam An-Nawawi, Sharh Sahih Muslim

6. Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Zakah

7. Hadis Shahih Muslim, Bukhari, Tirmidzi

Posting Komentar untuk " Cara Kita Implementasi Nikmat dan Syukur Kepada Allah"