Apakah Jodoh Takdir atau Pilihan


Apakah Jodoh Takdir atau Pilihan? harapan Sakinah Mawaddah Wa Rahmah 

OPINI PUBLIK

Apakah Jodoh Takdir atau Pilihan?

(Telaah dari Perspektif Agama Islam, Psikologi, dan Sosiologi Sosial-Budaya)

Oleh: ust.Bustami Ahmad,S.Ag.,M.Pd

Pendahuluan

Pertanyaan tentang apakah jodoh itu takdir dari Allah atau hasil dari pilihan manusia adalah persoalan klasik yang sering mencuat dalam kehidupan sosial. Isu ini tidak hanya menyentuh aspek keimanan, tetapi juga erat kaitannya dengan psikologi manusia dan dinamika sosial budaya. Banyak yang menganggap jodoh adalah sesuatu yang telah tertulis di Lauhul Mahfuz, sementara yang lain melihatnya sebagai hasil dari proses pencarian, seleksi, dan kecocokan antara dua individu.

Tulisan ini berupaya memberikan pandangan komprehensif tentang hal tersebut berdasarkan kajian agama Islam, psikologi, serta sosiologi sosial-budaya, disertai dalil dan pendapat ulama dari kitab-kitab klasik.

1. Perspektif Agama Islam

a. Jodoh sebagai Takdir Allah

Dalam Islam, segala sesuatu di alam semesta ini termasuk jodoh adalah bagian dari takdir Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ﴾

"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir)." (QS. Al-Qamar: 49)

Demikian pula, dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً... ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٍّ أَوْ سَعِيدٍ.

(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menyebutkan bahwa sebelum lahir, sudah ditetapkan empat hal, salah satunya adalah rezeki dan takdir hidup, termasuk jodoh.

b. Pilihan Manusia dalam Menentukan Jodoh

Namun, dalam waktu yang sama, Allah memberikan ikhtiar kepada manusia untuk memilih:

 وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ

"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang mau (beriman), hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang mau (kafir), biarlah ia kafir'..." (QS. Al-Kahfi: 29)

Ayat ini menegaskan adanya kebebasan memilih yang diberikan kepada manusia. Maka dalam konteks jodoh, Islam mengajarkan untuk memilih pasangan berdasarkan agama, akhlak, dan kecocokan, bukan hanya menyerahkan sepenuhnya pada takdir.

 تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

"Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang beragama, niscaya engkau beruntung." (HR. Bukhari dan Muslim)

c. Pandangan Ulama

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan pentingnya memilih pasangan dengan dasar agama dan akhlak yang baik.

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam Tuhfatul Maudud menyebut bahwa jodoh adalah kombinasi antara qadha' Allah dan ikhtiar manusia. Allah menetapkan, tetapi manusia tetap diuji lewat pilihan-pilihan yang dihadapinya.

2. Perspektif Psikologi

Psikologi memandang bahwa cinta dan jodoh adalah hasil dari proses interaksi, emosi, pengalaman, dan pilihan sadar. Faktor-faktor seperti kedekatan emosional, kesamaan nilai, komunikasi, dan kebutuhan pribadi mempengaruhi seseorang dalam memilih pasangan hidup.

Teori psikologi yang relevan:

Teori Kesesuaian (Matching Hypothesis): Orang cenderung memilih pasangan yang sepadan dari segi sosial, ekonomi, dan fisik.

Teori Kebutuhan Tambahan (Complementary Needs): Seseorang mencari pasangan yang dapat melengkapi kekurangannya.

Teori Kepribadian Five Factor: Kesesuaian dalam dimensi kepribadian (ekstrovert vs introvert, dsb) menentukan langgeng atau tidaknya hubungan.

Maka dalam psikologi, jodoh lebih ditekankan sebagai hasil dari pilihan sadar, evaluasi, dan keputusan rasional maupun emosional.

3. Perspektif Sosiologi dan Sosial Budaya

Dalam konteks sosiologi, jodoh juga dipengaruhi oleh faktor:

Strata sosial: Orang tua, adat, dan status sosial memengaruhi pilihan jodoh.

Norma budaya: Seperti perjodohan, kawin antar suku, larangan nikah beda agama.

Ekonomi dan Pendidikan: Seseorang lebih cenderung memilih pasangan dari latar belakang ekonomi dan pendidikan yang setara.

Menurut Émile Durkheim, pernikahan adalah bentuk institusi sosial yang menyatukan dua individu berdasarkan sistem nilai masyarakat. Maka, jodoh tidak murni urusan perasaan, tapi juga hasil dari bentukan budaya dan struktur sosial.

Kesimpulan: Takdir atau Pilihan?

Jodoh dalam Islam adalah takdir Allah yang dibingkai dalam ruang ikhtiar manusia. Ia bukan semata "datang begitu saja", tetapi harus diusahakan, dicari, dan dipilih sesuai panduan agama dan akal sehat.

Dari perspektif:

Agama: Jodoh ditakdirkan, tapi tetap perlu dicari dan dipilih secara syar’i.

Psikologi: Jodoh adalah hasil dari proses psikologis dan hubungan interpersonal.

Sosiologi: Jodoh dibentuk oleh norma sosial, budaya, dan struktur masyarakat.

Rujukan dan Kitab

1. Al-Qur’an Al-Karim

2. Shahih Bukhari dan Shahih Muslim

3. Al-Ghazali – Ihya Ulumuddin

4. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah – Tuhfatul Maudud bi Ahkam al-Maulud

5. Quraish Shihab – Tafsir Al-Mishbah

6. Sayyid Sabiq – Fiqh as-Sunnah

7. Hurlock, E. – Psychology of Human Development

8. David G. Myers – Psychology

9. Emile Durkheim – The Rules of Sociological Method

Penutup

Meyakini bahwa jodoh adalah bagian dari takdir tidak berarti kita pasif. Justru dalam Islam, takdir dan usaha harus berjalan seimbang. Kita dituntut untuk memilih dengan bijak, menggunakan akal dan iman, sambil terus berdoa agar Allah menakdirkan yang terbaik.

 وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengeta

hui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)

Posting Komentar untuk "Apakah Jodoh Takdir atau Pilihan"