#Kajian terbit: https://www.Islamictechnotv.Com
# ADA 7 MARTABAT NAFSU DALAM DIRI MANUSA #
Nafsu adalah sesuatu yang halus yang terdapat dalam diri seseorang sebagaimana akal, ruh dan sirri
Namum keempat komponen ini saling berkaitan antara satu dan lain
*Nafsu adalah keinginan seseorang terhadap sesuatu.*
Nafsu tidak akan dapat bergerak tanpa bantuan dari hawa.
Dalam tasawuf nafsu terbagi kedalam beberapa macam,
oleh Syekh Muhammad al-Nawawi al-Bantani dalam kitab Qatr al-Ghaits, nafsu terbagi ke dalam tujuh martabat yang dikenal maratibul nafsu.
1.Nafsu Ammarah
Ialah Nafsu yang selalu mendorong manusia kepada Keburukan dan Kemaksiatan.
Nafsu ini selalu mengusai manusia dengan sifat berikut:
Al-Bukhlu (kikir atau pelit)
Al-Hirshu (thomak & rakus)
Al-Hasad (dengki)
Al-Jahl (bodoh)
Al-Kibru (sombong)
Asy-Syahwat (Keinginan hewani)
2.Nafsu Lawwamah
Nafsu Lawwamah adalah nafsu yang masih pada tingkat rendah yang dicela oleh Syara’.
Tempatnya adalah “Al-Qalbu”, tepatnya pada dua jari di bawah dada sebelah kiri.
Adapun sifat-sifatnya meliputi:
Al-Laumu (mencela)
Al-Hawa (bersenang-senang)
Al-Makru (menipu)
Al-’Ujbu (bangga diri)
Al-Ghibah (mengumpat)
Ar-Riya’ (pamer amal)
Adh-Dhulmu (dholim)
Al-Kidzbu (dusta)
Al-Ghoflah (lupa)
3.Nafsu Mulhamah
Nafsu Mulhamah adalan nafsu yang telah mendapatkan petunjuk Allah, tempatnya adalah “Ar-Ruh”, tepatnya dua Jari di bawah dada sebelah kanan.
Dengan sifat-sifat sebagai Berikut :
As-Sakhowah (murah hati)
Al-Qona’ah (merasa cukup)
Al-Hilmu (murah hati)
At-Tawadhu’ (rendah hati)
At-Taubat (taubat atau kembali kepada Alloh)
As-Shobru (sabar)
At-Tahammul (bertanggung jawab)
4.Nafsu Muthmainnah
Nafsu Muthmainnah, ialah nafsu yang sudah bersih dari kotoran- kotoran halus dan telah berganti sifat-sifat tercelanya menjadi sifat-sifat terpuji, Sudah berakhlak dengan akhlak Allah yang Jamaliyah berupa kasih sayang, lemah lembut, dan kemuliaan.
Nafsu Muthmainnah tempatnya “As-Sirr”, artinya rahasia, tepatnya dua jari dari samping dada sebelah kiri.
Dengan sifat-sifat antara lain:
Al-Juudu (dermawan/Karamah)
At-Tawakkal (berserah diri)
Al-Ibadah (ibadah)
Asy-Syukru (berterima kasih)
Ar-Ridho (ridlo)
Al-Khosyah (takut akan melanggar larangan Alloh walau sekecil apapun)
5.Nafsu Radliyah
Nafsu Radliyah tempatnya adalah “Sirrus-sirr”, artinya sangat rahasia.
Tempatnya ada di Jantung yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh.
Adapun nafsu ini meliputi sifat:
Al-Karam (mulia)
Az-Zuhdu (meninggalkan dunia)
Al-Ikhlas (tanpa Pamrih)
Al-Wara’ (meninggalkan syubhat)
Ar-Riyadlah (latihan diri)
Al-Wafa’ (tepat janji)
6.Nafsu Mardliyah
Nafsu ini tempatnya adalah “Al-khofiy”, artinya samar.
Posisinya ada di dua jari dari samping dada sebelah kanan,
Dengan meliputi sifat:
Husnul Khuluq (baik akhlaq)
Tarku Maa Siwallah (meninggalkan selain Allah)
Al-Luthfu Bil Khalqi (lembut kepada makhluq)
Hamluhum ‘Alash Sholah (mengurus makhluk pada kebaikan)
Shofhu ‘an Dzunubihim (mema’afkan kesalahan makhluk)
Al-Mailu Ilaihim Li Ikhrojihim Min Dzulumati Thoba’ihim Wa Anfusihim Ila Anwari Arwahihim (mencintai makhluq dan cenderung perhatian kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan atau keburukan watak dan jiwa-jiwanya ke arah bercahayanya ruh-ruh mereka.
7.Nafsu Kamilah
Nafsu Kamilah, ialah nafsu yang sudah sempurna (Kamil).
Nafsu Kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa”, artinya sangat samar.
Tempatnya ada di tengah-tengah dada
Dengan diliputi sifat:
Ilmul-Yaqiin
Ainul-Yaqiin
Haqqul-Yaqiin
Demikianlah penjelasan tentang jenis nafsu.
*Berdasarkan klasifikasi nafsu itu, nafsu yang harus dikalahkan adalah nafsu amarah dan lawwamah.*
Tidak ada jalan yang terbaik untuk membersihkan segenap nafsu ini melainkan dengan memperbanyak zikir Laa ilaaha illallah atau berzikir kalimat Allah, bershalawat kepada Nabi, patuh dan berrabithah kepada mursyid yang ‘arif billah.
*Ciri-ciri 7 Macam Nafsu dan Nasehat Menghadapi nya*
Para ulama tasawuf berpandangan bahwa tingkatan jiwa manusia dari tingkat rendah ke tingkat tinggi dan sempurna adalah ada 7 martabat nafsu.
Berikut ini adalah tujuh macam tingkatan nafsu dalam diri dan nasehat bagaimana cara menghadapinya.
1.Nafsu Ammarah
2.Nafsu Lawwamah
3.Nafsu Mulhamah
4.Nafsu Muthmainnah
5.Nafsu Radhiah
6.Nafsu Mardhiah
7.Nafsu Kamilah
Berikut analisa untuk masing-masing martabat nafsu tersebut:
1.Nafsu Amarah
Perangai orang pada martabat nafsu ini selalu memperturutkan kehendak hawa nafsu dan bisikan syaitan.
Kerana itu nafsu amarah ini kerjanya senantiasa menyuruh berbuat maksiat, baik ia tahu perbuatan itu jahat atau tidak.
Bagi dia baik dan buruk adalah sama saja.
Kejahatan dipandangnya tidak menjadikan apa-apa bila dikerjakan.
Dia tidak mencela kejahatan, bahkan sebaliknya selalu sinis dan suka mencela segala bentuk kebaikan yang diperbuat orang lain.
Nafsu ammarah ini adalah derajat yang paling rendah sekali, dan sangat berbahaya serta merugikan diri pribadi yang sekaligus akan menyeretnya ke lembah kehinaan.
Sebagian dari sifat-sifat orang pada martabat nafsu amarah ini ialah:
▪️Bakhil atau kikir
▪️Tamak dan loba kepada harta benda.
▪️Berlagak sombong dan
▪️takabbur (membanggakan diri)
▪️Suka bermegah-megahanan dan bermewah-mewahan
▪️Ingin namanya terkenal dan populer
▪️Hasad dan dengki
▪️Berniat jahat dan khianat
▪️Lupa kepada Allah SWT
▪️Dan lain-lain sifat tercela.
Orang pada martabat nafsu amarah ini hendaknya selalu berdzikir “nafi dan isbat” dan banyak ingat kepada Allah ketika berdiri, duduk dan berbaring, disamping zikrul maut (ingat pada mati).
2.Nafsu Lawwamah
Orang pada martabat nafsu ini suka mengritik atau mencela kejahatan dan membencinya.
Apabila ia terlanjur berbuat kejahatan, ia lekas menyedari dan menyesali dirinya.
Memang dia menyukai perbuatan baik, tapi kebaikan ini tidak dapat dipertahankan secara terus menerus kerana dalam hatinya masih bersarang maksiat- maksiat batin.
Meskipun hal ini diketahuinya tercela dan tidak disukainya, namun selalu saja maksiat batin itu menyerangnya.
Sehingga apabila kuat serangan maksiat batin itu, maka sekali-kala dia berbuat maksiat dzohir kerana tidak mampu melawannya.
Meskipun demikian dia tetap berusaha menuju keredhaan Allah sambil mengucap istighfar memohon ampun dan menyesal atas kemaksiatan yang diperbuatnya.
Diantara sifat-sifat tercela dari nafsu lawwamah ini adalah:
▪️Menyadari kesalahan diri atau menyesal berbuat kejahatan
▪️Timbul perasaan takut kalau bersalah
▪️Kritis terhadap apa saja yang dinamakan kejahatan
▪️Heran kepada diri sendiri, mengira dirinya lebih baik dari orang lain (ujub)
▪️Memperbuat suatu kebaikan agar dilihat dan dikagumi orang (riya’)
▪️Menceritakan kebaikan yang telah diperbuatnya supaya mendapat pujian orang (sum’ah)
▪️Dan lain-lain sifat tercela didalam hati.
Orang yang berada pada martabat nafsu lawwamah ini hendaklah memperbanyak dzikir qolbu atau hatim.
Dzikir lisan atau lidah sudah berpindah masuk kedalam hati sehingga hati hidup bergerak dengan zikir tanpa menggunakan lidah lagi.
3.Nafsu Mulhamah
Martabat nafsu mulhamah ini adalah nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses pensucian dari sifat-sifat hati yang kotor dan tercela melalui cara kehidupan orang-orang tasawwuf (sufi).
Orang pada martabat nafsu mulhamah ini boleh dikatakan baru mulai masuk tingkat kesucian, baru mulai mencapai fana, tetapi belum teguh dan mantap karena ada kemungkinan sifat-sifat terpuji itu akan lenyap dari dirinya.
Sifat-sifat yang timbul dari nafsu mulhamah ini antara lain:
▪️Tidak menyayangi harta benda (pemurah/Karamah)
▪️Merasa cukup dengan apa yang ada (qona’ah)
▪️Mempunyai ilmu laduni, iaitu ilmu yang didapat dari ilham
▪️Timbul perasaan merendahkan diri kepada Allah (Tadlarru’)
▪️Taubat, memohon ampun kepada Allah dari dosa yang telah dikerjakan
▪️Sabar dalam segala hal yang menimpa
▪️Tenang menghadapi segala kesulitan
Orang yang telah mencapai martabat nafsu mulhamah ini hendaklah mem perbanyak dzikir sir atau dzikir rahasia.
Ketika berdzikir hendaklah menghadirkan “Wujud Allah” yang mutlak, karena tiada wujud yang mutlak melainkan Allah.
4.Nafsu Muthmainnah
Apabila orang pada martabat nafsu mulhamah tetap dalam proses mencapai maqam haqikat dan ma’rifat, maka akan melekatlah di lubuk hatinya sifat-sifat terpuji itu, dan terkikis habislah sifat-sifat yang tercela.
Maka pada waktu itulah dia masuk ke dalam martabat nafsu muthmainnah.
*Nafsu ini adalah sebagai permulaan mencapai darjat sufi atau wali.*
Orang yang telah mencapai martabat nafsu ini senantiasa merasa hatinya seolah-olah berada bersama Allah (Ma’allah).
Diantara sifat-sifat keruhanian yang timbul dari nafsu muthmainnah adalah:
▪️Pemurah dan suka bersedekah/Karamah.
▪️Menyerahkan diri kepada Allah (Tawakkal)
▪️Bersifat arif dan bijaksana
▪️Kuat beramal dan kekal mengerjakan sholat
▪️Mensyukuri nikmat yang diperoleh dengan membesarkan Allah
▪️Menerima dengan rasa puas apa yang dianugerahkan Allah (redha) menerima qada' dan qadar
▪️Takwa kepada Allah (Taqwallah)
▪️Dan lain-lain sifat yang mulia.
Inilah nafsu muthmainnah, nafsu yang tenang, yang diseru Allah masuk ke dalam Surga-Nya.
Orang yang telah berada pada martabat nafsu ini dzikirnya tetap hidup dalam rahasia (sir) yaitu batin bagi ruh.
5.Nafsu Radhiah
Martabat Nafsu radhiah ini darjatnya lebih tinggi dari martabat nafsu muthmainnah.
Nafsu radhiah ini sangat dekat dengan Allah dan menerima dengan perasaan redha segala hukum Allah.
Kerana itu segala masalah kehidupan duniawi sama saja bagi para wali martabat nafsu radhiah ini.
Nilai wang sama saja dengan kertas biasa. Mereka tidak takut atau khuatir kepada siapapun yang akan mengganggu, dan tidak pula bersedih hati atas segala penderitaan sebagaimana kesedihannya yang diderita orang-orang awam.
Sifat-sifat keruhanian yang timbul dari nafsu radhiah ini antara lain adalah:
▪️Zuhud dari dunia
▪️Ikhlas kepada Allah
▪️Wara’ dalam ibadat
▪️Meninggalkan segala sesuatu yang bukan pekerjaannya
▪️Menunaikan dan menetapkan hukum-hukum Allah
▪️Dan lain-lain perangai mulia dan terpuji
Hati orang yang telah mencapai martabat nafsu radhiah ini senantiasa merasa seolah-olah ia berada dalam Allah (Fillah).
Dzikir orang martabat ini tetap hidup dalam persembunyian rahsia (sirrus sirr).
6.Nafsu Mardhiah
Martabat nafsu mardhiah ini lebih tinggi dari martabat nafsu radhiah, kerana segala perilaku orang nafsu ini, baik perkataan maupun perbuatan adalah diredhai Allah dan diakui-Nya.
Oleh karena itu, jadilah jiwanya, perasaannya, lintasan hatinya, gerak-geriknya, pendengarannya, penglihatannya, perkataannya, gerak kaki dan tangannya, kesemuanya itu adalah diredhai Allah belaka.
Diantara sifat-sifat akhlak mulia dan terpuji yang timbul dari martabat nafsu ini adalah sebagai berikut:
▪️Baik budi pekertinya seperti akhlak Nabi-nabi
▪️Ramah tamah dalam pergaulan dengan masyarakat sebagaimana perangai para Nabi
▪️Senantiasa merasa berdampingan dengan Allah
▪️Selalu berfikir pada kebesaran Allah
▪️Redha dengan apa saja pemberian Allah
▪️Dan lain-lain budi pekerti yang luhur dan terpuji
Dalam perjalanannya, hati orang martabat nafsu mardhiah ini seolah-olah merasa dalam keadaan dengan Allah semata-mata (Billah).
Dan terus menerus mengambil ilmu daripada Allah.
Setelah melalui martabat fana’, dia akan kembali ke maqam baqa.
Dengan kata lain setelah ia sampai kepada Allah, maka kembali lagi kepada makhluk.
Dan ketika itu dapatlah ia menceburkan diri dalam kehidupan masyarakat, memberi petunjuk dan menuntun ummat ke jalan syariat agama Allah yang benar.
Dzikir orang martabat nafsu ini tetap hidup dalam persemadian rahsia (khafi) iaitu batin bagi “sirrus sirri”.
7.Nafsu Kamilah
Martabat nafsu kamilah ini adalah nafsu yang tertinggi dan teristimewa dari maqam wali yang lain, karena ia dapat menghimpun antara bathin dan lahir antara hakikat dan syariat.
Kerananya dia dinamakan maqam “Baqa Billah” atau “Kamil Mukammil” atau “Insanul Kamil”.
Jelasnya ruh dan hatinya “Kekal dengan Allah”, tetapi zhahir tubuh kasarnya bersama-sama dengan pergaulan masyarakat, menjadi pemimpin membina masyarakat ke arah jalan yang diredhai Allah.
Hati mereka kekal dengan Allah meskipun di waktu tidur, karena mereka dapat musyahadah dengan Allah dalam setiap waktu.
Maqam “Baqa Billah” ini tidak dapat dinilai dengan kebendaan berbentuk apa saja di alam ini, karena itu ia merupakan maqam khawasul khawas.
Segala gerak geri dan perilaku orang martabat nafsu kamilah ini adalah ibadat semata-mata.
*Tujuh Macam Karakteristik Nafsu dan Trik Mengalahkan Nafsu yang Jelek.*
Dalam bahasa Melayu, ‘nafsu’ bermakna keinginan, kecenderungan atau dorongan hati yang kuat.
Jika ditambah dengan kata hawa (=hawa nafsu), biasanya dikaitkan dengan dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak baik.
Adakalanya bermakna selera, jika dihubungkan dengan makanan.
Nafsu syahwat pula berarti kebirahian atau keinginan bersetubuh.
Ketiga perkataan ini (hawa, nafsu dan syahwat) berasal dari bahasa Arab:
*Hawa (الهوى): sangat cinta; kehendak*
*Nafsu (النفس): roh; nyawa; jiwa; tubuh; diri seseorang; kehendak; niat; selera; usaha.*
*Syahwat (الشهوة): keinginan untuk mendapatkan yang lezat (id:nikmat); birahi.*
Ada sekolompok orang menganggap nafsu sebagai ‘syaitan yang bersemayam di dalam diri manusia’, yang bertugas untuk mengusung manusia kepada kefasikan atau pengingkaran.
Mengikuti hawa nafsu akan membawa manusia kepada kerusakan.
Akan tetapi, syaitan adalah makhluk yang diciptakan Allah sebagai musuh orang-orang beriman agar senantiasa menyesatkan manusia melalui perantaraan nafsu yang tidak dapat dikendalikan dan juga dapat merusak potensi diri seseorang.
Nafsu yang dikuasai ketiga komponen negatif seperti syaitan, hawa dan syahwat, tidak akan masuk syurga.
Ketiga komponen negatif ini sebagai bentuk hijab dzulmani (tabir kegelapan) yang menutupi hati seseorang untuk melaksanakan ibadah dan makrifat kepada Allah Swt.
Apabila nafsu telah dikendalikan dan dikuasai syaitan, hawa dan syahwat, ini dikatakan nafsu ammarah.
Syekh Ahmad Ibnu Ajibah al-Hassani dalam kitab Futuhat llahiyah menjelaskan “Diantara tabiat nafsu (nafsu ammarah) adalah takabur (sombong amal), ujub, (sombong fisik), angkuh, kesombongan, pendendam, licik, pembenci, serakah, berangan-angan, iri hati, hasud, keluh kesah, gelisah, tamak, menimbun harta, mencegah, melarang, penakut, bodoh, malas, keji, keras hati, menuruti keburukan, menghina, mencemoh, mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, congkak, pemarah, boros, gegabah, munafiq, sewenang-wenang, penindas, permusuhan, pertentangan, durhaka, pembangkang, pertikaian, persaingan, menggunjing, pembohong, pendusta, pemikir, naminah (adu domba), prasangka yang buruk, lari dari kenyataan, suka mencela, suka dengan kekerasan, banyak alasan, suka berkhianat, suka berbuat mesum, gembira atas bencana orang lain, dan lain sebagainya.
(Kitab al-Futuhat al-Ilahiyyah fi Syarhi al-Mahabits al-Ashaliyyah, Dar-Al-Kotob Al-Ilmiyah, Beirut-Lebanon, 2013, hal 255).
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa nafsu yang dapat dikendalikan disebut nafsu Muthmainah
(jiwa yang tenang).
Maka dalam ilmu tarekat, diwajibkan jihad memerangi hawa nafsu.
Selajantunya Al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub juga menjelaskan bahwa jihad itu dibagi ke dalam tiga macam.
1.Jihad menghadapi orang-orang kafir, yaitu jihad lahir seperti yang ada dalam firman Allah Swt.
يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
“Yang berjihad dijalan Allah” (Qs. Al-Maidah: 54).
2.Jihad terhadap terhadap orang batil dengan memberikan pengertian dan hujjah (argumentasi), seperti firman Allah Swt:
وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ
“Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (Qs. An-Nahl: 125).
3.Jihad melawan hawa nafsu yang suka memerintahkan kehajatan,
seperti firman Allah Swt
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridlaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”
(QS. Al-Ankabut: 69).
Nabi Muhammad saw. bersabda:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ
“Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya”
(Diriwayatkan oleh Ibnu An-Najjar dari Abu Dzarr).
Dalam hadis Nabi saw. yang lain juga dijelaskan:
رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ
“Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar”
(Kitab Mukasyafatul Qulub Al-Muqarribu Ilaa Hadhrati Allaamil Guyub, Dar Ghad Jadid, Al-Qaherah, 2009, h 371).
Ulama-ulama Sufi telah membagi nafsu menjadi beberapa tingkatan.
Dalam hal ini Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi dalam Tanwirul Al-Qulub, dilihat dari keterpengaruhannya oleh mujahadah, nafsu terdiri dari tujuh tingkatan;
1. Nafsu Ammarah
Yaitu jiwa yang cenderung kepada tabiat badaniah, hewaniyah memerintahkan pemenuhan kesenangan-kesenangan syahwat yang terlarang menurut Syara’ serta menarik hati pada hal-hal yang hina.
Nafsu ammarah ini merupakan tempat berbagai keburukan dan sumber akhlak tercela, sombong, tamak, syahwat, dengki, marah, bakhil dan dendam.
Tingkatan ini merupakan Kondisi umum nafsu manusia sebelum mujahadah.
2.Nafsu Lawwamah
Yaitu jiwa yang telah mendapatkan terang hati sehingga kadang-kadang menuruti kekuatan akal dan terkadang membangkang.
Namun setelah membangkang itu ia merasakan penyesalan lalu mencela dirinya sendiri.
Pada tingkatan ini menjadi sumber penyesalan tempat bermula hasrat nafsu, dari kelalaian dan tamak.
3.Nafsu Mulhimah
Yakni jiwa yang telah diberi Ilham oleh Allah berupa ilmu tawadhu’, qana’ah, dan sakha’ (kedermawanan).
Dalam tingkatan ini jiwa menajdi pemancar kesabaran, kesanggupan menanggung derita dan syukur.
Tapi ahwal hati masih belum mantap.
4.Nafsu Muthamainah
Yaitu jiwa yang telah mendapat cahaya tajalli Ilahiyyah sehingga hati kosong dari sifat-sifat tercela lalu merasa nyaman dan tentram terhadap sifat-sifat Kamaliyah (kesempurnaan) Iman.
Maqam-Nya tempat bermula kesempurnaan.
Jika seorang salikin sudah menapakkan kakinya pada maqam ini, dia dianggap sebagai ahli Thariqah, karena keberpindahannya dari talwin (keterpilihan) kepada Tamkin (kemantapan Iman).
Orang yang jiwanya telah sampai pada tingkatan ini akan mengalami sakr (mabuk ketuhanan).
Padanya berhembus angin sepoi ketersambungan (wushul).
Dia berbicara seperti biasa dengan sesama manusia sementara hatinya jauh dari mereka.
Karena demikian kuat keterkaitannya kepada Allah Swt.
5.Nafsu Radhiyah
Yaitu jiwa yang senantiasa ridla kepada Allah Swt.
Sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya, “dan merekapun ridla kepada-Nya”
(Qs. Al-Bayyinah: 8).
Pada tingkatan ini jiwa dalam kondisi berserah diri dan menikmati mabuk kerinduan kepada Allah.
Sebagaimana terungkap sebuah syair:
Tambahi aku mabuk cinta kepada-Mu
Aku sungguh tergila-gila kepada Mu
Kasihkah hatiku dengan api cinta-Mu.
6.Nafsu Mardliyyah
Yaitu jiwa yang diridlai Allah Ta’ala dan jejak ridha-Nya itu muncul pada jiwanya dalam rupa karamah, keikhlasan, dan senantiasa zikir.
Pada tingkatan ini seorang salikin menjejakkan kakinya yang pertama dalam ma’rifatullah (pengenalan kepada Allah) dengan makrifat yang hakiki.
Pada tingkatan ini muncul tajalli af’al (perbuatan Allah).
7.Nafsu Kamilah
Yaitu jiwa yang padanya kesempurnaan hakikat makrifat telah menjadi tabiat dan wataknya.
Dan dalam kesempurnaan ini ia terus taraqi (mendaki).
Lalu ia diperintahkan untuk kembali kepada hamba-hamba Allah, untuk melakukan pertimbangan dan penyempurnaan terhadap mereka.
Maqam jiwa pada tingkatan ini adalah maqam tajalli Asma dan Shifat.
Sedangkan ahwal nya adalah al-Baqa’ billah berjalan dengan Allah kepada Allah kembali ke Allah dan menuju kepada Allah hingga lenyap ke Ahadiyat Dzat.
Tiada tempat baginya selain Dia, dan ilmu-ilmunya diambil dari Allah seperti diungkapkan sebuah syair;
Dan setelah fana dalam Allah, jadilah sebagaimana engkau kendaki
Karena ilmu mu tiada mengandung kebodohan
Dan pun perbuatan mu tiada mengandung dosa.
(Kitab Tanwirul Al-Qulub fi Mu’amalah Allam Ghuyyub, Maktabah Al-Tawfikiyah, Al-Qaherah hal. 444).
Untuk mengalahkan nafsu dengan mengenali ajakan nafsu adalah dengan cara membedakan antara ajakan nafsu dengan ajakan Allah.
Bagaimana cara mengenali ajaran nafsu tak ada jalan lain kecuali dengan memahami ajaran tauhid Irfani atau memahami hakikat wahdatul wujud dengan merasakan keberadaan Allah sebagai wujud istiqlal (Yang berdiri sendiri) karena selain-Nya adalah wujud istifadha (limpahan dari wujud Allah).
Sehingga kita mendapatkan cahaya makrifat al-muthamainah Allah yang menyinari hati kita.
Sehingga memperoleh nafsu Muthmainah yaitu nafsu yang telah bercahaya dengan cahaya hati dari cahaya Allah Swt.
Untuk memperoleh meningkat ke nafsu al-muthamainah kita harus dapat beribadah yang baik dan ikhlas, berakhlak mulia, menghilangkan was-was yang datang pada hati, senantiasa bertawakal dan taqwa kepada Allah.
Untuk melaksanakan hal tersebut perlu dan wajib adanya bimbingn mursyid arif billah sebagai dokter ruhani yang dapat menyembuhkan hati kita dari keburukan nafsu dan sebagai guru batin yang memberikan pendidikan pada ruhani kita (tarbiyah ruhaniyah) untuk dapat membersihkan kotoran-kotoran nafsu dari intimidasi dan intervensi unsur hawa, syahwat dan syaitan.
Posting Komentar untuk "7 Nafsu dan Cara Atasinya"