" Bahaya Susah Hati Melihat Orang Lain Bahagia Menurut Perspektif Islam "
Dalam perspektif Islam, perasaan susah hati melihat kebahagiaan orang lain, yang sering disertai dengan iri dan dengki terhadap harta kekayaan, pekerjaan, atau kesuksesan orang lain, merupakan sifat yang tercela. Islam menekankan pentingnya menjaga hati dari perasaan negatif seperti ini, karena dapat merusak akhlak, hubungan sosial, serta keberkahan hidup.
1. Iri dan Dengki: Sifat Tercela dalam Islam
Iri atau dengki (hasad) adalah perasaan yang tidak suka melihat orang lain memperoleh nikmat dari Allah, dan berharap agar nikmat tersebut hilang dari orang yang bersangkutan. Rasulullah SAW memperingatkan umatnya agar menjauhi sifat ini, karena hasad dapat menghancurkan amal kebaikan seseorang sebagaimana api membakar kayu.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
"Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."
(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Hadis ini menjelaskan bahwa sifat iri bukan hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga menghapus pahala amal kebaikan yang telah dilakukan. Hasad mencerminkan ketidakpuasan terhadap ketentuan Allah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam berbagai dosa lainnya, seperti ghibah (menggunjing) atau bahkan fitnah.
2. Bahaya Iri Terhadap Kehidupan Orang Lain
Islam mengajarkan bahwa semua nikmat yang dimiliki seseorang, baik berupa harta, jabatan, maupun kebahagiaan dalam keluarga, adalah takdir Allah yang telah ditetapkan dengan hikmah. Allah memberikan rezeki dan nikmat kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Seorang Muslim yang baik adalah orang yang percaya kepada takdir dan menerima ketentuan Allah tanpa merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain.
Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain..."
(QS. An-Nisa: 32)
Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk tidak iri atau dengki terhadap rezeki orang lain, karena rezeki itu adalah ketentuan Allah. Setiap orang telah ditetapkan rezekinya masing-masing, dan setiap ujian serta kebahagiaan yang diterima orang lain juga merupakan bagian dari kehendak Allah.
3. Sikap Syukur dan Qana'ah: Solusi Menghindari Rasa Iri
Islam menekankan pentingnya bersyukur dan qana'ah (merasa cukup) sebagai obat untuk menghindari perasaan iri. Seorang Muslim dianjurkan untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah, sekecil apa pun, dan tidak memandang rezeki orang lain sebagai sesuatu yang lebih baik atau lebih berharga. Dengan bersyukur, seseorang akan lebih fokus kepada nikmat yang dimilikinya sendiri daripada melihat kebahagiaan orang lain dengan rasa iri.
Rasulullah SAW bersabda:
"Lihatlah orang yang berada di bawahmu, dan janganlah kamu melihat orang yang berada di atasmu, karena itu akan membuat kamu tidak meremehkan nikmat Allah."
(HR. Muslim)
Hadis ini mengajarkan agar kita melihat orang yang mungkin kehidupannya lebih susah daripada kita, agar kita merasa lebih bersyukur dengan apa yang Allah berikan. Sebaliknya, memandang orang yang lebih sukses atau kaya tanpa memahami hikmah yang tersembunyi di balik nikmat tersebut dapat memunculkan perasaan iri dan dengki.
4. Sifat Qana’ah dalam Islam
Sifat qana’ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang dimiliki, merupakan akhlak mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dengan qana’ah, seseorang tidak hanya menghindari perasaan iri terhadap harta dan kesuksesan orang lain, tetapi juga merasa tenang dalam menjalani hidup, karena keyakinannya bahwa semua rezeki sudah diatur oleh Allah dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya bukanlah kekayaan itu banyaknya harta, tetapi kekayaan (yang sebenarnya) adalah kekayaan jiwa."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjelaskan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah terletak pada banyaknya harta atau keberhasilan materi, melainkan pada kedamaian dan kecukupan hati (qana’ah). Orang yang qana’ah tidak akan merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain, karena ia telah merasa puas dan bersyukur dengan apa yang diberikan Allah kepadanya.
5. Tawakal dan Ridha kepada Ketentuan Allah
Islam juga mengajarkan untuk bertawakal dan ridha kepada takdir Allah sebagai salah satu cara menjaga hati dari perasaan iri. Orang yang bertawakal yakin bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya adalah ketentuan Allah yang terbaik, sehingga ia tidak akan merasa terganggu oleh kebahagiaan atau kesuksesan orang lain.
Allah SWT berfirman:
"Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan (keperluan)nya."
*(QS. At-Talaq: 3)*
Dengan bertawakal, seorang Muslim percaya bahwa Allah akan mencukupi segala kebutuhannya, sehingga ia tidak perlu iri atau merasa tidak adil terhadap apa yang dimiliki orang lain.
Kesimpulan
Dari perspektif Islam, perasaan iri dan susah hati melihat kebahagiaan orang lain merupakan sifat yang berbahaya dan merugikan, baik dari segi spiritual maupun sosial. Islam mengajarkan umatnya untuk bersikap syukur, qana’ah, tawakal, dan ridha kepada takdir Allah, sebagai cara untuk menjaga hati dari sifat iri. Dengan demikian, seorang Muslim dapat menjalani hidup dengan damai dan penuh keberkahan, tanpa terganggu oleh kebahagiaan atau kesuksesan orang lain.
Redaksi: islamictechnitv.com
Rujukan:
1. Al-Qur'an, Surah An-Nisa: 32
2. Hadis riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi
3. Hadis riwayat Muslim
4. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim
Posting Komentar untuk "Bahaya Penyakit Hati Kepada Sesama"