KRITERIA TOKOH UNTUK ACEH BANGKIT

TOKOH ACEH ISKANDAR MUDA

"Kriteria Ideal Tokoh Publik untuk Aceh Kontemporer: Telaah Historis, Filosofis, dan Solusi Perspektif Islam terhadap Kepemimpinan Masa Keemasan Sultan Iskandar Muda

Oleh : Cik Gu Bustami Ahmad, S.Ag.,M.Pd

Inti permasalahan :

Aceh pernah mengalami masa keemasan di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607–1636), sebuah era di mana kekuatan politik, militer, pendidikan Islam, dan ekonomi bersatu dalam harmoni. Saat ini, Aceh menghadapi tantangan multidimensi: konflik elit, krisis moral, ekonomi stagnan, dan fragmentasi sosial. Tulisan ini berusaha menyusun kriteria ideal tokoh publik untuk Aceh masa kini dengan pendekatan historis terhadap kejayaan masa lalu, telaah konsepsi kepemimpinan Islam, serta merumuskan standar pemimpin yang mampu masuk ke semua golongan dan segmen masyarakat. Tulisan ini juga merujuk kepada kitab-kitab klasik dan pandangan ulama dalam rangka menegaskan otoritas keilmuan dalam membangun Aceh baru, Dalam pengelolaan SDM dan SDA Aceh

Kata Kunci: Kepemimpinan, Aceh, Iskandar Muda, Tokoh Publik, Islam, Kearifan Lokal , Pengelolaan SDM dan SDA.

Awal kata : 

Aceh dikenal sebagai "Serambi Mekkah" karena kuatnya peran Islam dalam struktur sosial dan politik masyarakat. Di masa lalu, khususnya era Sultan Iskandar Muda, Aceh memainkan peranan strategis sebagai pusat kekuasaan Islam dan perdagangan internasional. Kini, Aceh pasca-konflik menghadapi disorientasi arah pembangunan, lemahnya kepemimpinan transformatif, dan kehilangan simbol pemersatu. Tulisan ini menelusuri kembali jejak sejarah dan nilai-nilai Islam untuk menemukan figur ideal pemimpin Aceh kontemporer.

1. Kepemimpinan Sultan Iskandar Muda: Studi Historis

Menurut naskah Hikayat Aceh (terjemahan Teuku Iskandar), Sultan Iskandar Muda adalah pemimpin yang:

Tegas dalam hukum, tetapi adil dan berpihak pada rakyat.

Memperkuat syariat Islam melalui penegakan hukum dan pembinaan dayah, dan semua lembaga Pendidikan 

Menghargai ilmu; mengundang ulama dari berbagai negeri seperti Syekh Nuruddin ar-Raniri. Sekarang perlu mempersatukan Ulama dengan Umara

Membentuk birokrasi profesional, tidak berdasarkan kekerabatan tapi berdasarkan integritas dan kapasitas, Anti Korupsi

“...dalam negeri Aceh di masa itu tidak seorang pun berani berbuat zalim karena takut kepada keadilan Sultan.” (Hikayat Aceh)

2. Kriteria Tokoh Publik Ideal Menurut Islam

Berdasarkan pandangan ulama dan kitab klasik seperti Al-Ahkam al-Sulṭāniyyah karya Imam al-Mawardi dan Siyar al-Muluk karya Nizām al-Mulk, serta nilai-nilai yang dapat ditarik dari Al-Qur’an dan Hadis:

a. Siddiq (Benar)

دَائِمًا الصِّدْقِ وَالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ

"Selalu bersikap benar, adil, dan berbuat baik." (QS. An-Nahl: 90)

b. Amanah (Bisa dipercaya)

 إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ

“Sesungguhnya sebaik-baik orang yang kamu ambil sebagai pekerja adalah yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al-Qashash: 26)

c. Fathanah (Cerdas dan Strategis)

Pemimpin harus visioner, memiliki akal panjang dan mampu membaca masa depan. Menurut Al-Ghazali dalam Nasihat al-Muluk, seorang pemimpin harus pandai memilih penasihat, ahli agama, dan ahli dunia.

d. Tabligh (Komunikatif dan Jujur dalam Menyampaikan)

 “Pemimpin adalah pengembala dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dia pimpin.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

3. Kriteria Tambahan Tokoh Publik Aceh Masa Kini

Mengacu pada konteks lokal Aceh, tokoh ideal harus:

Mampu diterima lintas kelompok: ulama, tokoh adat, kaum muda, diaspora, eks kombatan, Keilmuan Agama dan Umum, tegas dengan Hukum, Kerja Fakta nyata berpihak untuk orang banyak 

Mempersatukan Ulama dan Umara serta keterlibatan Ilmuan dalam pengelolaan SDM dan SDA Aceh 

Berakar pada nilai-nilai lokal (reusam, syariat Islam, adat bak poteumeureuhom).Pelaksanaan Hukum nyata pada Pemimpin teratas 

Berwawasan geopolitik dan ekonomi global, tetapi tetap berpijak pada kepentingan rakyat Aceh.

Menjadi solusi konflik, bukan bagian dari perpecahan (memiliki rekam jejak sebagai pemersatu). Meraih kemenangan Rakyat

Transparan dan antikorupsi: menjauhi nepotisme dan kroniisme.

Mengembang pendidikan life skill dan Produksi perekonomian Rakyat secara mandiri dan berkelanjutan

4. Strategi Membangun Kepemimpinan Model Iskandar Muda

Revitalisasi pendidikan dayah dan integrasi kurikulum Pendidikan Keilmuan Lafe Skill sejarah Aceh klasik.

Mendirikan Majelis Permusyawaratan Aceh (MPA) lintas golongan sebagai lembaga non-politik.

Reformasi birokrasi berbasis meritokrasi dan akhlak dari semua sektor

Pemberdayaan fakta ekonomi berbasis rakyat  (koperasi syariah, wakaf produktif, dan pertanian organik, produksi Skil produktif.

Penerapan hukum syariat secara kaffah dengan pendekatan hikmah dan maslahat.

Pembinaan Penyatuan Ulama Umara dan Keilmuan Ahli dalam pengelolaan Sumber Daya Alam / SDA secara produktif dan profesional 

5. Pandangan Ulama tentang Kepemimpinan yang Dirindukan

Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin:

“Rusaknya rakyat karena rusaknya pemimpin; dan rusaknya pemimpin karena hilangnya ulama yang jujur.”

Ibnu Taymiyyah dalam As-Siyasah asy-Syar'iyyah:

 “Kepemimpinan adalah kewajiban terbesar dalam agama. Tidak akan tegak urusan agama dan dunia tanpa kepemimpinan yang adil.”

6. Naskah Keberhasilan Aceh Klasik:

Sumber naskah penting:

Hikayat Aceh (Teuku Iskandar, Leiden Manuscript Cod.Or.1983)

Bustanus Salatin (Nuruddin ar-Raniri)

Tarikh Salasilah Aceh

Adat Aceh dan Lembaga-Lembaga Tradisional (Prof. A. Hasjmy)

Isi penting dari naskah tersebut menyebutkan:

 “Bahwa Sultan Iskandar Muda bukan hanya raja di dunia, tetapi imam dalam ibadah dan pelindung umat.”

Kesimpulan

Tokoh publik yang ideal untuk Aceh adalah mereka yang memiliki keteladanan akhlak, kebijaksanaan seperti Iskandar Muda, dan ketajaman strategi serta keberpihakan kepada rakyat. Ia mampu menyatukan kelompok yang terpecah, menjawab persoalan umat, serta mewujudkan kembali kejayaan Aceh dalam bingkai Islam dan kearifan lokal.

Daftar Pustaka

1. Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

2. Al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sultaniyyah, Beirut: Dar al-Fikr.

3. Nizām al-Mulk, Siyar al-Muluk.

4. Teuku Iskandar, Hikayat Aceh, Leiden University Press.

5. Prof. A. Hasjmy, Adat Aceh dan Lembaga-Lembaga Tradisional.

6. Nuruddin ar-Raniri, Bustanus S

alatin.

7. Ibnu Taymiyyah, As-Siyasah asy-Syar'iyyah.

Redaksi Islamic tekhno tv. com 

Posting Komentar untuk "KRITERIA TOKOH UNTUK ACEH BANGKIT"